Sidoarjo, eksklusif.co.id – Dua rumah warga kurang mampu di Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, mendapat bantuan rehabilitasi dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Sidoarjo. Bantuan tersebut disalurkan kepada Sulikah (82), warga Desa Mindugading, serta Slamet Agus Siswanto, warga Desa Singogalih.
Kondisi kedua rumah memang sangat memprihatinkan. Terutama rumah milik Sulikah yang hanya berdinding bambu dan berukuran 5 x 4,5 meter. Rumah tersebut tampak rapuh dan jauh dari standar rumah layak huni.
Pada Senin (28/7), Bupati Sidoarjo H. Subandi meninjau langsung kondisi rumah warga penerima bantuan tersebut. Ia didampingi oleh Ketua Baznas Sidoarjo M. Chasbil Azis Salju Sodar, serta jajaran dari Dinas Sosial Kabupaten Sidoarjo.
Tampak raut keprihatinan dari wajah Bupati Subandi saat melihat kondisi rumah yang ditempati warga lansia itu. Ia menegaskan bahwa program rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) merupakan bentuk nyata komitmen pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Lewat program bedah rumah ini, kami ingin memastikan setiap warga Sidoarjo bisa tinggal di rumah yang aman, nyaman, dan layak. Saya tidak ingin ada warga kita yang hidup dalam kondisi rumah yang tidak layak,” tegas Bupati Subandi.
Ia juga mengajak semua pihak untuk mendukung program ini secara aktif, mulai dari camat, kepala desa, hingga masyarakat umum.
“Kalau ada tetangga yang rumahnya tidak layak, segera laporkan ke kelurahan atau kecamatan. Kami akan tindak lanjuti agar bisa segera direnovasi,” tambahnya.
Di sela kunjungan, muncul kisah haru dari Eny, anak kedua Sulikah. Dengan mata berkaca-kaca, Eny menceritakan bahwa sang ibu telah beberapa kali diajak tinggal bersama anak-anaknya, namun selalu menolak.
“Ibu mboten purun (tidak mau) saya ajak tinggal di rumah saya,” ujar Eny lirih menirukan ucapan ibunya.
Menurut Eny, ibunya sudah hampir dua tahun memilih tinggal sendiri di rumah sederhana itu, meski sempat tinggal bersama salah satu anak sebelumnya. Setelah suaminya meninggal, Sulikah memutuskan kembali ke rumah lamanya, meskipun kondisinya sangat terbatas.
“Kami semua khawatir, terutama saat hujan deras. Tapi ibu selalu bilang, ‘aku tinggal nang kene ae’ (saya tinggal di sini saja). Itu keinginannya, meski kami sedih melihat keadaannya,” ungkap Eny.
Kisah Sulikah menjadi pengingat bahwa di tengah kemajuan pembangunan, masih banyak warga yang hidup dalam keterbatasan dan membutuhkan perhatian lebih. Melalui kolaborasi antara Pemkab Sidoarjo dan Baznas, harapan akan tempat tinggal yang layak kini mulai terwujud bagi mereka yang membutuhkan.
(Ali)