Pemerintah

Sekolah Menengah Atas Swasta Gratis Disambut Ibu Miskin Yang Kangen Gubernur Jawa Barat

37
×

Sekolah Menengah Atas Swasta Gratis Disambut Ibu Miskin Yang Kangen Gubernur Jawa Barat

Sebarkan artikel ini

Purwakarta, eksklusif.co.id – Langkah Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang berniat menggratiskan biaya pendidikan bagi warga miskin yang melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta mendapat banyak sambutan masyarakat, terutama Ibu-ibu miskin, tidak punya suami, hidup dikontrakan, penghasilan tidak menentu, baik pedagang kecil dan lainnya.

Contoh seperti pedagang gorengan, salah satu diantaranya Dede Suhartini (55) warga Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan Purwakarta, Kabuten Purwakarta, Jawa Barat, yang dulu ditempatkan Gubernur Jawa Barat pada saat menjabat Bupati Purwakarta, agar Dede berjualan di Kuliner Purnawarman, Purwakarta, yang kini terlihat kumuh dan perlu ketegasan Pemerintah terkait, agar tempat tersebut lebih menarik sehingga orang senang untuk datang ke kuliner tempat Dede dan para pedagang lainnya berjualan, terlebih tempat tersebut dekat dengan berbagai sarana olah raga yang sering dikunjungi para pecinta olah raga dari berbagai daerah, bukan saja hanya dari Purwakarta, tapi juga dari luar Purwakarta.

Dede Suhartini janda empat anak, diantara anaknya sekolah di salah satu sekolah Swasta mengaku, dirinya suka pusing jika bayaran untuk berbagai keperluan sekolah anaknya, sehubungan kondisi saat ini, yang terkadang tidak memiliki uang yang cukup dari penghasilan jualan gorengan yang tidak menentu, maklum harus bayar kontrakan seperti sekarang di cicil karena uangnya kurang, belum bayar listri, sepatu anak saya sudah dobol juga,” kata Dede sambil berlinang air mata.

“Kita itu janda tanpa suami berjuang keras untuk hidup dan pendidikan anak, terkadang pusing juga jika ada kebutuhan untuk sekolah, saat kita uangnya tidak cukup, kadang pinjam bank keliling yang tentunya dengan bunga, mau tidak mau agar anak bisa sekolah,” ungkapnya kepada media ini, di Kuliner yang kumuh tempatnya berjualan, Rabu (16/4/2025).

Tapi tidak habis pikir ketika mendapat PIP (Program Indonesia Pintar) uangnya tidak pernah kita terima, kata anak saya ATM nya di pegang guru, waktu mengurus ke Bank anaknya di bawa, tapi nanti ATM itu sama guru termasuk uang nya, aneh, kadang bingung ke mana mengadu, sedih, rasanya hidup ini untuk orang miskin dan bodoh itu tidak mudah,” kata Dede heran.

“Mereka juga para Inohong yang pintar itu apa tidak merasa dholim? Bukankah kita itu harus bijaksana dan adil dalam hidup untuk lebih baik kemudian? Ini mah harus ngadunya ke Gubernur yang merakyat seperti Kang Dedi,” ucapnya oftimis.

Saya mah tidak akan lupa dengan Kang Dedi, merakyat, beliau pernah memborong jualan saya, ada Bala-bala, Tempe, Buras, Gehu, Pisang Goreng dan lainnya, kalau ketemu bisa tegur sapa biasa saja, duduk sejajar, tidak kaku seperti pejabat lainnya yang seolah jaga imej tapi kita sungkan untuk menyampaikan keluhan, terus terang belum menemukan orang pejabat seperti Kang Dedi,” jelasnya.

“Kang Dedi mah konsekwen, tidak ba bi bu banyak proses yang membuat kita pusing serasa ribet, maklum orang miskin bodoh yang perlu binaan. Saya merasa orang miskin itu harus berani dan marah dulu baru di dengar, tapi kan kita itu malu kalau terus begitu. Baru-baru ini saya di bantu salah satu pejabat, tapi ya itu tidak seperti Kang Dedi keramahannya. Kangen pokoknya ke Kang Dedi, beda dengan pejabat lain yang kesannya gimana gitu, ih gini-gini saya teh perasa atuh,” pungkasnya. (Laela)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *