Sidoarjo, eksklusif.co.id – Kades Tambak Rejo, Mahmudi mengaku sebagai pihak yang diundang, dan saat memberi sambutan menjurus ke arah dukungan kepada Subandi, dikarenakan terbawa suasana dan terpaksa memenuhi permintaan sekelompok warga yang mengundangnya.
Kegiatan tasyakuran digelar oleh Paguyuban Sembilan di desa Tambakrejo, Kec. Waru, yang dihadiri Kades Mahmudi, dan Paslon Subandi yang dimanfaatkan sebagai ajang kampanye. Pelanggaran demi pelanggaran terus mewarnai pelaksanaan masa kampanye sebagai tahapan Pilkada 2024.
Pelanggaran kali ini diduga dilakukan Mahmudi, Kepala Desa Tambakrejo, Kec. Waru, yang terlibat kegiatan kampanye Subandi. Dugaan pelanggaran peraturan netralitas bagi kepala desa ini terekam dalam video yang beredar luas di beberapa media sosial. Ini berawal ketika sekelompok warga Tambakrejo yang menamakan sebuah Paguyuban Sembilan menggelar tasyakuran. Menandai dimulainya kerja bhakti, dan membuka akses jalan menuju makam di desa setempat.
Kegiatan ini dihadiri sekitar 50 orang dengan menggelar tikar dan memasang tenda. Mereka duduk melingkar dengan beberapa nasi tumpeng di tengah. Ketika memberikan sambutan, Kades Mahmudi yang duduk bersebelahan dengan Subandi, terlihat senyum sumringah saat diteriaki dengan kalimat; “Satu Pak. Satu Pak Lurah. Satu…Satu…”
Didalam sambutannya, Kades Mahmudi mengawali dengan kalimat menyiratkan sikap yang mendukung ke paslon tersebut.
“Mudah-mudahan beliau diberi kesehatan, dan bisa mewujudkan cita-citanya membangun Sidoarjo yang lebih baik,” katanya yang langsung disambut “Amin” secara serempak oleh warga yang hadir pada acara tasyakuran tersebut.
Jika melihat kegiatan ini memang tidak sekadar acara tasyakuran, namun lebih pada giat kampanye. Indikasi ini didukung adanya sebuah banner bergambar pasangan calon (Paslon) Subandi-Mimik Idayana (BAIK) yang dipasang di lokasi acara tasyakuran tersebut.
Beberapa orang yang ikut hadir disebut-sebut sebagai relawan BAIK. Ketika Subandi memberi sambutan tidak segan-segan menuturkan kalimat bersifat kampanye dengan menjelaskan berbagai program untuk membangun Sidoarjo ke depan. Kades Mahmudi, ketika dikonfirmasi mengatakan dirinya datang sebagai pihak yang diundang.
“Jadi saya sebagai tamu di acara itu. Sebagai kades kalau diundang warganya berkegiatan, tidak mungkinlah nggak datang,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mahmudi juga mengaku tidak mengetahui kalau kegiatan tasyakuran, pada saat dimulainya kegiatan pembukaan jalan menuju makam dibiayai secara swadaya ini dihadiri Subandi.
Dia mengakui memberi sambutan menjurus ke arah dukungan kepada Subandi karena terbawa suasana.
“Ya, karena terbawa suasana, juga karena terpaksa untuk memenuhi permintaan warga. Sebagai kades, saya kan tidak boleh mengecewakan mereka,” ujarnya.
Terlepas alibinya, Kades Mahmudi yang hadir pada acara tasyakuran digelar Paguyuban Sembilan Desa Tambak rejo, yang disinyalir pula sebagai giat kampanye Paslon ini, diduga berindikasi kuat telah Melanggar Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Ketentuan netralitas kepala desa pada Pilkada juga terdapat dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2024. Lalu sejauh mana menindaklanjuti dugaan terjadinya pelanggaran dilakukan seorang Kades pada Pilkada?
Tentunya ini merupakan domaian dari Badan Pengawas Pemilu (Bawsalu) Kab. Sidoarjo didalam menyelesaikan perkara sesuai ketentuan UU dan peraturan tersebut. Yang pasti terjadinya dugaan pelanggaran dalam Pilkada ini terkait ketentuan netralitas pejabat Pemerintahan maupun ASN bukan kali pertama. Sebelumnya, pernah dilakukan Abu Dardak, Camat Sedati yang perkara-nya kini masih proses penyelidikan Bawaslu Sidoarjo.” Tegasnya. (Ali)