Purwakarta, eksklusif.co.id – Maraknya oknum yang memanfaatkan peluang memberangkatkan Para calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) secara ilegal sejak lama dan masih berlangsung sampai saat ini, membuktikan negara kita mempekerjakan orang-orang belum belum tentu jujur semua, ada diantaranya yang belum semestinya. Demikian disampaikan Paryanto, Ketua Harian Purna Pekerja Migran Indonesia, kepada media ini, melalui WhatsApp, Rabu (16/4/2025)
Dikatakannya, Bisa jadi kebiasaan tidak disiplin itu, jika dibiarkan akan lebih memperparah permasalahan dimasa depan, bukan sekali dua kali terutama wanita kita ada yang kedapatan mengeluh karena di perlakukan tidak baik oleh sesama manusia lainnya baik oleh bangsa Indonesia atau Asing.
Salah satu contoh, keberadaan Nurjanah (38) warga negara Indonesia asal Purwakarta di Irak sejak tahun lalu mengeluh karena mendapatkan perlakuan tidak pantas dari majikan dan kebohongan dari yang proses, sampai saat ini belum ada perkembangan untuk wanita itu pulang ke kampung halamannya di Pasawahan, Purwakarta, Jawa Barat, Negara Republik Indonesia.
“Permasalahan Nurjanah sudah diketahui pihak Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dibawah naungan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Pihak Kedutaan terkait bahkan pihak Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI), Pihak Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Purwakarta dan banyak pihak lainnya di Negara Indonesia,” ungkapnya.
Menurutnya, Ini membuktikan kita lambat seolah tidak cepat tanggap untuk proses hukum pelanggaran yang dilakukan para oknum yang proses Nurjanah, karena diduga kuat proses secara ilegal, perjanjian awal untuk berangkat ke Turki ternyata di kirim ke Irak dengan berbagai persoalan, kondisi lemah Nurjanah menimbulkan banyak hal yang dialaminya.
Mulai tidak adanya proses medical di Indonesia yang harusnya di tempuh Nurjanah, mengakibatkan Nurjanah mendapat perlakukan tidak manusiawi seperti di tampar, di tendang bahkan sempat di kurung di kamar mandi di penampungan karena dikembalikan dari majikan setelah bekerja dan sempat pingsan, bukan di tolong untuk sembuh dan pulih dari kelemahan pisik dan mentalnya, ini malah diperlakukan biadab demikian, para oknum tidak mau rugi dan cenderung meremehkan wanita lemah ini.
“Kejadian seperti ini sudah sering kita dengar dialami banyak wanita lainnya, sangat miris, perlindungan untuk mereka tidak terjamin dampak dari sumberdaya yang kurang, kelalaian para petugas Negara dan para korban itu sendiri, para oknum yang marak seolah memanfaatkan situasi yang tidak baik untuk Negara dan Bangsa ini, bangkan lebih parah lagi kesan buruk Dunia Internasional untuk Indonesia di cap sebagai Negara yang belum mampu memberikan perlindungan bagi sebagian warganya,” kata Paryanto dengan nada sedih.
Tidak perlu kita saling menyalahkan saat ini. Yang terpenting bagaimana solusi agar kejadian seperti yang di alami Nurjanah dan para korban lainnya yang ada diantaranya lebih parah mendapat perlakuan tidak wajar dari oknum yang tidak bisa dibiarkan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikedilan sesuai dengan sila yang ada dalam Pancasila yang menjadi Dasar Negara Indonesia.
Indonesia saat Ini darurat moral yang harus segera bersama kita lebih keras lagi untuk bersama patuh hukum, adil, bijak dan peduli sesama manusia untuk keamanan diri, sesama, lingkungan dan hubungan yang lebih baik dengan sesama Bangsa Indonesia juga Dunia Internasional yang kini lebih mudah mengetahui berbagai perkembangan yang ada.
“Kesempatan baik kita gunakan dengan baik dengan terus belajar mengikuti perkembangan teknologi agar Bangsa Kita tidak ketinggalan dan terhindar dari perlakukan yang tidak semestinya. Sistem belajar kita harus lebih merata, sehingga tidak ada lagi Bangsa Kita yang tidak mengenyam pendidikan karena Kemiskinan atau Ketidakadilan lingkungan sekitar yang tidak peka bahkan cenderung pembiaran warga kurang mendapatkan pembinaan dan sosialisasi suatu aturan yang tidak boleh di langgar, sehingga para oknum yang tidak baik dan tidak bertanggungjawab mendapat sangsi dari perbuatannya,” harapnya.
Masih adanya oknum pengajar, oknum masyarakat dan oknum petugas serta para oknum lainnya yang kurang bijak terhadap generasi, terbukti maraknya generasi jauh dari orang tua seperti di tinggal ke luar negara untuk menjadi Pekerja Migran tanpa perlindungan tidak jelas karena ilegal, anak kurang makan dan tidak punya ongkos untuk sekolah, kekurangan kasih sayang dari keluarga dan lingkungan, maraknya penggunaan obat terlarang, maraknya kekerasan seperti tawuran bahkan dugaan pembunuhan yang tega ada diantaranya anak muda atau pelajar di Purwakarta ditemukan sudah tewas di tempat sampah beberapa waktu lalu.
“Saatnya kita bersama bergandeng tangan bersama menciptakan situasi yang kondusif, dukung para pemimpin yang sedang bekerja untuk kecerdasan Bangsa. Membangun sarana prasarana pendidikan, sarana transportasi, sarana lingkungan bersih dan sehat, moral dan etika humanis bijaksana untuk seluruh elemen masyarakat tanpa pandang bulu seperti yang saat ini digalakan Pemerintah di Purwakarta,” terang Paryanto.
Bukan saatnya hidup mewah untuk pamer yang dapat mengundang berbagai hal negatif bagi banyak pihak, baik bagi diri pelaku, orang sekitar dan lingkungan, bahkan citra negatif negara kita, terlebih memperlihatkan status ekonomi berlebihan dengan perilaku urakan dan mempertontonkan kebiasaan buruk merasa lebih, semena-mena kepada sesama ciptakan Tuhan.
“Ingat hidup kita di dunia untuk bersama berjuang bersosial yang baik dengan alam dan isinya agar kita bisa bersama menikmati isi dunia dengan damai dan sehat, kondusif dengan dengan alam serta bersyukur atas ciptaan yang maha kuasa yang telah memberikan kita semua hidup di dunia ini,” tuturnya mengingatkan.
Ditambahkannya, penting melakukan sosialisasi dan edukasi ke masyarakat, karena urusan PMI bukan hanya tanggung jawab Disnaker (Dinas Ketenagakerjaa) atau pun BP3MI saja, tapi juga Dinas-dinas yg lainya, apalagi di Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Pasal 42 sudah jelas Tupoksi Pemerintah Desa,” pungkas Paryanto. (Laela)